simfoni lalu masih bergemersik dalam jiwa
angin itu
debu itu
dan salju itu
masih berdingin di sampingku;
ketika pesta lalu
di keramaian yang bertempiaran keliling aku
kelibat mayamu muncul
di celahan himpunan jasad picisan
kau seolah-olah 'hidup' di situ
bernyawa
di kota raya yang biasanya bingit
jadi sunyi berkedap di cupingku
gelumang manusia lumpuh
perlahan kemudiannya kaget
angin berhenti mengorak
awan tak lagi berarak
hanya kau dan aku
terus bernafas
bersatu
untuk rasa cinta yang aku tinggalkan di shanghai,
damailah engkau di situ
bersepilah segala tempik hati lalu
bernyamanlah amarah jiwa dulu
amanlah dalam kalbu
aku
tak punya lagi awan
tak punya lagi bintang
tak punya lagi bulan
tak punya lagi salju
cuma yang tinggal,
rindu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment